Home

Ini Survey Terbaru Terhadap Perokok di Tengah Pandemi Covid-19

Rabu, 16/09/2020 - 04:34:42 WIB

ZONARIAU.COM, Jakarta - Ada dua hal menarik dari hasil survei yang dilakukan Komite Nasional Pengendalian Tembakau terhadap perokok aktif dan mantan perokok di masa pandemi Covid-19.

Dari survei yang dipaparkan peneliti utama Komnas Pengendalian Tembakau Krisna Puji Rahmayanti, diketahui mayoritas perokok tidak percaya kebiasan itu membuat mereka lebih rentan tertular Covid-19. "Sebanyak 63,6 persen responden perokok tidak percaya perokok lebih rentan tertular Covid-19 dan mayoritas dari mereka tidak percaya merokok akan memperparah gejala Covid-19," kata Krisna saat merilis survei itu secara daring di Jakarta, Selasa (15/9).

Survei tersebut dilakukan terhadap 612 responden dari berbagai daerah di Indonesia selama 15 Mei 2020 hingga 15 Juni 2020, atau tiga bulan setelah coronavirus merajalela di Tanah Air. Sebaliknya, 84,1 persen responden yang bukan perokok atau mantan perokok percaya kebiasaan merokok membuat seseorang lebih rentan tertular Covid-19. Sebanyak 87,2 persen dari mereka bahkan percaya bahwa merokok dapat membuat gejala Covid-19 lebih parah setelah terinfeksi.

Hal ini terbilang menarik karena sudah banyak kajian ilmiah yang menyatakan terdapat hubungan kausalitas antara perilaku merokok dengan penularan Covid-19 dan tingkat keparahan gejalanya. "Perilaku merokok membuat perokok lebih mudah tertular dan memperparah komorbid pada pasien Covid-19," kata Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Agus Dwi Susanto.

Selain itu, survei tersebut juga menemukan bahwa pandemi Covid-19 tidak mengubah perilaku merokok pada perokok, bahkan cenderung meningkat.

Sebab, 49,8 persen responden yang merokok mengaku memiliki pengeluaran tetap untuk membeli rokok selama pandemi. Sedangkan 13,1 persen perokok bahkan meningkat pengeluarannya untuk membeli rokok. "Mayoritas dari mereka yaitu 77,14 persen, merupakan responden dengan penghasilan kurang dari Rp 5 juta. Sebanyak 9,8 persen berpenghasilan di bawah Rp 2 juta dan 17,8 persen berpenghasilan Rp 2 juta hingga Rp 5 juta," jelas Krisna. Berdasarkan temuan survei tersebut, dia mendorong perlunya intervensi terhadap perilaku merokok masyarakat terutama pada masa pandemi. Bila perlu pemerintah menerapkan kebijakan fiskal maupun nonfiskal yang dapat membuat masyarakat berhenti merokok.

Sumber berita :jpnn.com
Editor : Arif Hulu
Home