Home
 
 
 
 
Marinus Gea: Hindari Hoax, Masyarakat Harus Konfirmasi Sendiri Setiap Pemberitaan

Senin, 22/05/2017 - 11:04:40 WIB


TERKAIT:
   
 

Jakarta- Berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat, sangat berkaitan erat dengan tayangan dari media massa, misalnya kekerasan dalam rumah tangga atau kejahatan yang dilakukananak-anak, dan sebagainya. 

Berkaitan dengan hal ini, masyarakat diminta untuk menjalankan literasi media, dimana masyarakat dituntut untuk cerdas memilih konten informasi seperti apakah yang akan dikonsumsi untuk dirinya atau keluarganya.Poin tersebut tersirat dalam acara Coffee Morning Heartline FM yang  disiarkan secara streaming pada Selasa (9/5/2017) pagi silam. 

Heartline FM sendiri merupakan  salah satu stasiun radio terkemuka di Tangerang, Banten,  yang dapat didengar di frekuensi 100.6 FM.
Dalam obrolan santai bertema 

“Media: Tuntunan atau Tontonan” ini, Anggota Komisi I DPR RI Marinus Gea, SE, M.Ak, yang menjadi salah seorang narasumber mengatakan, saat ini pemberitaan media massa, terutama media online dan media sosial yang jumlahnya mencapai ribuan, cenderung mengabaikan kode etik jurnalistik.  

Salah satu yang kerap diabaikan adalah keseimbangan dalam pemberitaan, karena sebuah berita bisa saja langsung dibuat dan ditayangkan tanpa konfirmasi terlebih dulu. “Akibatnya saat ini banyak terjadi perpecahan di tengah masyarakat. Bahkan antar saudara bisa jadi saling bermusuhan gara-gara pemberitaan,” kata Marinus yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Himpunan Masyarakat Nias Indonesia (HIMNI) ini.

Menurut Marinus, seharusnya masyarakat bisa mengkonfirmasi sendiri berita yang dilihat atau didengarnya, dengan cara membandingkan berita tersebut dengan media-media mainstream yang nara sumbernya terkonfirmasi. 

Dia menilai, media harusnya menampilkan berita yang perlu diketahui masyarakat, bukan berita yang ingin diketahui masyarakat saja. Karena penayangan berita secara sepihak ini juga dapat membawa pengaruh negatif ke tengah masyarakat, terutama generasi muda. “Sekarang ini kan zamannya proxy war (perang urat syaraf) terutama lewat media sosial. Yang satu saling menjelekkan yang lain. Perang jenis ini bisa mendoktrin anak-anak denganberita-berita hoax, berita-berita yang jelek dengan menampilkan karakter-karakter yang jelek,” kata Marinus.

Kondisi tersebut, menurut Marinus, semakin diperparah dengan banyaknya tayangan sinetron yang tidak mendidik. Belum lagi tayangan yang menampilkan gimmick pembawa acara, misalnya melecehkan kekurangan fisik pembawa acara lainnya atau menampilkan kejahilan untuk memancing tawa penonton, seperti menempeleng kepala, melemparkan tepung dan sebagainya.

Ke depannya, Marinus berharap revisi Undang Undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002 dapat segera diselesaikan demi mendukung kinerja Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Selain Marinus Gea, narasumber lainnya dalam Coffee Morning yang dipandu oleh Jose Marwan, Riana Silitonga dan Elshakrist ini adalah Koordinator Bidang PS2P KPID Banten Lutfi, M.Pd , wartawan senior Harian Kompas Andreas Maryoto, dan DirekturFocus on The Family IndonesiaValerie Mellanov Gan. 

Sumber: suaranusantara.com
Home