Home
 
 
 
 
Kesaksian Pilot Lion Air, Terbang Lebih Cepat Dari Jadwal. Selamat Dari Gempa & Tsunami Palu

Senin, 01/10/2018 - 06:41:36 WIB


TERKAIT:
   
 

PALU - Gempa dan tsunami yang melanda wilayah Donggala dan Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9/2018)  menyisakan banyak cerita.

Satu di antaranya diceritakan, Captain Mafella, pilot Batik Air yang tepat di atas Kota Palu saat bencana itu datang.

Beberapa detik sebelum gempa mengguncang, Captain Mafella  berhasil membawa pesawatnya lepas landas.

Pilot Batik Air, Captain Mafella, yang memberikan kesaksian kenapa dia mempercepat penerbangannya 3 menit dr jadwal yang sudah ditentukan di Bandara Palu kemarin.

Ia menuturkan bahwa sepanjang hari hatinya merasakan kegelisahan yang dia sendiri tidak tahu kenapa. Untuk mengusir rasa kegundahan hatinya sepanjang perjalanan dari Ujung Pandang ke Palu, Ia menyanyi lagu2 rohani dengan nada keras (biasanya saay hanya bersenandung saja, tapi hari itu saya ingin memuji Tuhan sebaik2nya, katanya). Sampai Co-Pilotnya yang muslim menyarankan sambil bercanda supaya dia membuat CD lagu rohani.

Ketika hendak mendarat di bandara Palu, udara terlihat cerah tapi angin terlalu kencang dan Ia mendengar suara dalam hatinya untuk memutar sekali di udara sebelum landing.

Letak bandara Palu  diapit oleh 2 pegunungan dan itu mengingatkannya  dgn ayat Mazmur 23:4:
"Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya sebab Engkau besertaku: gadaMu dan tongkatMu, itulah yang menghibur aku".
"I may walk through valleys as dark as death but I wont be afraid. You are with me and your shepherd's rod makes me feel safe".

Menurut sang Captain, bandara yg terletak diapit  pegunungan bagi seorang pilot disebut lembah kematian karena mereka harus ekstra hati2 ketika landing dan ayat Mazmur 23:4 (sebutannya Mazmur DjiSamSoe adalah pegangan para Pilot yg Kristiani).

Sesaat setelah pswt sukses landing, Ia mendengar suara di hatinya utk lekas pergi dari bandara  itu. Oleh karena itu dia menginstruksikan crewnya agar beristirahat 20 menit saja sebelum pswt kembali pulang ke Jakarta via Ujung Pandang.

Ia bahkan tidak turun dari cockpit pesawat dan meminta ijin kepada Menara Control utk mempercepat lepas landas 3 menit dari jadwal yang sudah ditentukan.

Setelah ia mendapatkan izin take off dari Alm. Agung, mereka bersiap lepas landas.

Captain Mafella mengakui saat itu ia melanggar prosedur penerbangan karena ia mengambil alih tugas Co-Pilot dengan menambah kecepatan pesawat saat prosesi take off. Dia sendiri tdk tahu kenapa tapi tangannya terus memegang tuas agar kecepatan lebih besar supaya badan pesawat lebih cepat merangkak naik (istilah mobil di-gas poll).

Saat itu dia tdk tahu kalau gempa sudah melanda Palu tapi dia merasa pesawat sedikit oleng ke kiri dan kanan. Menurutnya kalau saja dia terlambat 3 menit, maka dia tidak bisa menyelamatkan 140 penumpang karena aspal pacuan landas bandara bergelombang seperti kain ditiup angin!

Beberapa menit selepas take off, dia mencoba menghubungi pihak menara namun sdh tdk dijawab lagi oleh Agung.

Dia menengok kebawah dan melihat fenomena alam yg aneh. Air laut di pinggir pantai membentuk lubang yang sangat besar sehingga dasar laut terlihat.

Ketika pesawat tiba di Ujung Pandang, barulah mereka diberitahu bahwa telah terjadi gempa dan tsunami di Palu dan pegawai menara control yang memandu pesawatnya take off telah gugur sesaat setelah memastikan pesawatnya lepas landas.

Tadi siang sebelum ia bertolak terbang ke KL, Captain Mafella menegaskan pentingnya kita harus peka mendengar suara Tuhan. Dan dalam situasi apapun harus tetap tenang jangan panik supaya bisa jelas mendengar suara Tuhan yang disampaikan melalui Roh Kudus karena dia menambahkan bahwa ketika ia mengambil alih tugas co-pilot untuk menambah kecepatan, sang co pilot terlihat ketakutan melihat badan pesawat oleng ke kiri dan ke kanan.***
Home