Home
 
 
 
 
Jong Un Sekarat
Kim Jong Un Sakit Keras, Adik Perempuannya Calon Kuat

Rabu, 22/04/2020 - 19:20:31 WIB

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un

TERKAIT:
   
 
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dikenal sadis dan tak segan-segan mengeksekusi pejabatnya meski hanya melakukan hal sepele.

Beberapa waktu yang lalu, Kim Jong Un pernah memerintahkan menembak mati seorang yang diduga positif virus corona.

Hal ini dikarenakan, pasien tersebut justru pergi ke tempat umum padahal sedang menjalani karantina.

Lalu ada juga seorang jenderal yang dituduh melakukan kudeta.

Oleh karenanya, Kim Jong Un dilaporkan melemparkannya ke dalam tangki berisi ratusan piranha.

Kabarnya, sebelum dimasukkan dalam tong berisi ikan ganas itu, lengan sang jenderal dipotong terlebih dahulu.

Ternyata kekejaman Kim Jong Un belum seberapa.

Pada tahun 2013 silam, Kim Jong Un mengeksekusi mati Chang Song Thaek yang merupakan suami dari bibinya sendiri, Kim Kyong Hui.

Padahal Kim Kyong Hui merupakan anak dari pendiri Korea Utara, Kim Il Sung, dan adik dari mendiang ayah Kim dan sekaligus pemimpin kedua, Kim Jong Il.

Alasan eksekusi mati ini karena Chang Song Thaek mengaku ingin melakukan pengkhianatan.

Nah, pada tahun 2015 giliran seorang menteri Korea Utara yang dikabarkan dihukum mati oleh Kim Jong Un.

Jika sebelumnya beberapa kasus dikarenakan pengkhianatan, rencana kudeta, atau takutnya wabah virus corona menyebar, kali ini hanya karena tertidur.

Menteri yang sial tersebut adalah Menteri Pertahanan Korea Utara Hyon Yong Chol.

Dilansir dari kompas.com, Hyon Yong Chol yang saat itu berusia 66 tahun didakwa melakukan pengkhianatan setelah menunjukkan "rasa tidak hormat" kepada Kim Jong Un dalam sebuah acara militer.

Disebutkan bahwa Hyon Yong Chol tertidur dalam sebuah acara resmi yang dihadiri Kim Jong Un.

Kabar ini disampaikan Dinas Intelijen Korea Selatan (NIS) kepada para politisi dalam sebuah rapat di parlemen.

NIS mengatakan, eksekusi terhadap Hyon Yong Chol disaksikan ratusan pejabat tinggi militer pada akhir April lalu.

Gambar mungkin berisi: 1 orang
Menhan Korea Utara Hyon Yong Chol dijatuhi
hukuman mati karena tertidur dalam
sebuah acara resmi yang dihadiri Kim
Jong Un. (Sky News)

Eksekusi hukuman mati itu dilakukan di sebuah lapangan di pusat pelatihan militer Kanggon, sebelah utara Pyongyang.

Namun kini dikabarkan sang diktator Kim Jong Un menjalani perawatan setelah menjalani prosedur kardiovaskular awal bulan ini.

Dalam sebuah laporan media Korea Selatan mengatakan, perawatan ini dilakukan di tengah spekulasi mengenai kesehatan Kim menyusul ketidakhadirannya dari acara ulang tahun utama.

Korea Utara menandai peringatan hari ulang tahun ayah pendiri dan kakek Kim, Kim Il Sung, sebagai hari libur nasional pada 15 April. Tetapi dalam perayaannya, Kim tidak terlihat hadir.

Daily NK, sebuah situs web khusus yang sebagian besar dijalankan oleh para pembelot Korea Utara, mengutip sumber-sumber tak dikenal di dalam negara yang terisolasi itu dengan mengatakan Kim sedang dalam masa pemulihan di sebuah vila di daerah resor Gunung Kumgang, Hyangsan di pantai timur setelah mendapatkan prosedur kardiovaskular pada 12 April di sebuah rumah sakit di sana.

Pelaporan dari dalam Korea Utara terkenal sulit, terutama pada hal-hal mengenai kepemimpinan negara itu, diberikan kontrol ketat pada informasi.

Kementerian Unifikasi Korea Selatan, yang menangani urusan antar-Korea, menolak mengomentari laporan tersebut.

Kesehatan Kim memang diperkirakan telah memburuk dalam beberapa bulan terakhir karena kebiasaan buruknya.

Diketahui, pemimpin tertinggi Korea Utara tersebut merupakan perokok berat dan memiliki obesitas serta terlalu banyak bekerja.

"Pemahaman saya adalah bahwa dia telah berjuang (dengan masalah kardiovaskular) sejak Agustus lalu tetapi memburuk setelah kunjungan berulang ke Gunung Paektu," kata sebuah sumber, merujuk pada gunung suci negara itu.

Kim berangkat ke rumah sakit setelah memimpin pertemuan politik dengan Partai Buruh yang berkuasa pada 11 April, tempat Kim terakhir kali terlihat di depan umum, kata laporan itu.

Pyongyang menembakkan beberapa rudal jarak pendek minggu lalu yang menurut pejabat Seoul juga merupakan bagian dari perayaan ulang tahun Kim Il Sung.

Peristiwa militer semacam itu biasanya akan diamati oleh Kim, tetapi tidak ada laporan KCNA pada tes sama sekali.

Menghilangnya Kim Jong Un memunculkan spekulasi yang menyebut sang diktator dalam bahaya besar.

Bahkan memunculkan sosok suksesor Kim Jong Un.

Ada dua nama yang muncul yakni saudara perempuannya, Kim Yo Jong (Kim Yo-jong).

Satu lagi yakni politisi senior, anggota Politbiro Partai Komunis Korea Utara yang juga Ketua Organization and Guidance Department, Choe Ryong Hae.


Gambar mungkin berisi: 2 orang
Kim Jong Un bersama politisi senior Choe Ryong Hae (kyodo)

Profesor Koh Yu-hwan dari Universitas Dongguk, menilai Kim Yo-jong akan memenuhi kriteria pemimpin tertinggi jika Kim Jong Un lengser.

"Yo-jong dihormati elit kekuasaan partai-militer [sebagai calon penerus]," kata Koh.

“Ini adalah masyarakat yang sangat terkendali tanpa gerakan sosial atau kelompok sipil yang nyata dan kekosongan kekuasaan akan terisi dengan cepat di dalam kelas penguasa.

Tetapi elit militer atau badan intelijen dapat mengambil keuntungan dari insiden semacam itu untuk mencoba merebut kekuasaan. "

Sedangkan Profesor Yang Moo-jin dari Pusat Studi Korea Utara skeptis tentang laporan penyakit Kim.

"Sangat tidak mungkin bahwa tenaga medis atau orang lain di sekitar Kim Jong Un akan berani berbicara tentang kondisi kesehatannya dalam keadaan apa pun," kata Yang.

SOSOK KIM YO JONG

Meski perempuan, Kim Yo Jong tak kalah garang dari sang abang Kim Jong Un.

Pada Senin 2/3/2020 kemarin Korea Utara luncurkan misil roket jarak pendek yang mendarat di perairan antara Jepang dan Korea Utara.

Peluncuran dua misil tersebut diprotes warga Korea Selatan, karena peluncuran yang dilakukan Kim Jong Un tersebut sangat mendadak.

Korsel juga mencatat, militer Korea Selatan mempertahankan postur pertahanan sambil memantau dengan cermat situasi yang relevan dalam persiapan untuk kemungkinan peluncuran tambahan.

Mengutip New York Times, para pejabat Korea Selatan mengatakan peluncuran pada hari Senin tampaknya menjadi bagian dari latihan militer yang dilakukan Korea Utara pada hari Jumat.

"Tindakan semacam ini oleh Korea Utara tidak membantu upaya untuk mengurangi ketegangan di Semenanjung Korea," kata militer Korea Selatan dalam sebuah pernyataan.

"Kami sekali lagi mendesak Korea Utara untuk segera menghentikannya."

Jangan kira jika yang akan menanggapi Korea Selatan adalah Kim Jong Un, justru pernyataan Korea Selatan tersebut ditanggapi dengan ganas dan brutal oleh adik perempuannya, Kim Yo Jong.

Dalam pernyataan resmi pertamanya, pada hari Selasa 3/3/2020 Kim Yo Jong menghina Korea Selatan atas protes mereka.

Berumur 30 tahun, Kim Yo Jong rupanya berperan dalam hubungan propaganda dan sering muncul dalam acara besar yang dihadiri oleh Kim Jong Un, termasuk pertemuan dengan Donald Trump dan pemimpin regional lain.

Gambar mungkin berisi: 4 orang, orang duduk, tabel dan dalam ruangan
Utusan Khusus sekaligus adik Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, Kim Yo Jong
(dua dari kiri), bersama Pemimpin Seremonial Kim Yong Nam (dua dari kanan) ketika
bertemu Presiden Korea Selatan Moon Jae In (kanan, tengah) di Gedung Biru Sabtu
(10/2/2018).(Yonhap/AFP)


Meski begitu, selama ini Kim Yo Jong tidak pernah ungkapkan posisinya dalam politik negaranya, dan baru setelah penghinaannya atas protes Korea Selatan baru dengan jelas terlihat status politisnya yang dengan cepat meningkat.

Kim Yo Jong mengkritik presiden Korea Selatan yang mengungkapkan kekhawatiran terkait latihan militer Korea Utara, serta desakan Korea Selatan untuk hentikan aksi yang dianggap Korea Selatan tidak berkontribusi dalam upaya mengurangi dendam militer kedua negara.

"Sejauh yang aku tahu, Korea Selatan juga lakukan latihan militer dan mereka juga lakukan hal menjijikkan seperti memberi senjata militer ultramodern," ujar wanita itu.

"Apa maksud mereka mereka perlu siapkan kesigapan militer sementara kami harus kurangi kesigapan militer kami? Pendekatan bermodel gangster seperti itu tidak dapat diharapkan dari pemikiran normal."

Kim Yo Jong juga menyebut Blue House, istana kepresidenan Korea Selatan sebagai 'anak kecil belaka' yang takut terbakar, lalu ia juga mengatakan "bagaimana bisa semua kata-kata dan aksi mereka bisa sangat bodoh secara terperinci."

Namun meski begitu, Kim Yo Jong masih belum menyebut nama Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, ia hanya menyebut 'pihak selatan' untuk menyebut Korea Selatan.

Ia bahkan sudah bertemu dengan Presiden Korea Selatan beberapa kali.

"Respon Korea Selatan sangatlah disesalkan dan mengecewakan tetapi jadi menguntungkan karena tidak ditujukan langsung untuk presiden."

Pernyataan resmi Kim Yo Jong ini diisukan dalam kapasitasnya sebagai wakil direktur pertama dari Komite Pusat Partai Buruh.

Selain itu, ia juga menjabat sebagai anggota bergantian dalam kelompok berkuasa Korea Utara Politbiro.

Ia juga menjadi anggota parlemen, sehingga pihak pemerintah Korea Selatan dan ahli lain mengatakan dia secara virtual adalah propaganda unggulan resmi Korea Utara.

Dengan pernyataannya ini, status dan pengaruhnya telah diperluas dari hanya sebagai 'asisten' Kim Jong Un dalam aktivitas publiknya menjadi mampu tunjukkan kegarangannya.

Ada momen penting dalam pertemuan Kim Jong Un dengan Donald Trump dan Moon Jae-in dalam perbincangan mengenai nuklir di tahun 2018 silam.

Rentetan pertemuan itu ada 3 kali pertemuan, dalam salah satu pertemuan, Kim Yo Jong berikan pena ke Kim Jong Un saat dia tandatangani buku daftar hadir.

Si adik juga membawa sarung tangan Kim Jong Un setelah Kim Jong Un menyekop tanah dalam sebuah upacara penanaman pohon, serta membawa buket bunga yang diberikan oleh Kim Jong Un.

Kedekatan kedua saudara selama pertemuan ini memberi banyak pihak spekulasi jika dia akan jadi penerus pemimpin Korea Utara setelah Kim Jong Un dieksekusi nantinya.

Dia juga menjadi 'pembasmi' calon rival yang mengancam kekuasaan keluarga mereka.

Awal 2018 silam, Kim Yo Jong hadiri pembukaan Olimpiade Musim Dingin di Pyeongchang, dan menjadi anggota keluarga penguasa Korea Utara pertama yang kunjungi Korea Selatan sejak berakhirnya Perang Korea pada 1950-1953 silam.

Saat itu ia temui Moon Jae-in dan menyampaikan undangan Kim Jong Un agar kedua presiden Korea bertemu di Pyongyang.(TMC/Riswan)
Home